Pengertian Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar
14 hari setelah ovulasi (Bobak, 2004)
Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya
lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi
antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait
pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan
penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan
perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Greenspan, 1998).
Siklus Menstruasi
1) Gambaran
klinis menstruasi
Sebagian besar wanita pertengahan usia
reproduktif, perdarahan menstruasi terjadi setiap 25-35 hari dengan median
panjang siklus adalah 28 hari. Wanita dengan siklus ovulatorik, selang waktu
antara awal menstruasi hingga ovulasi – fase folikular – bervariasi lamanya.
Siklus yang diamati terjadi pada wanita yang mengalami ovulasi. Selang waktu
antara awal perdarahan menstruasi – fase luteal – relatif konstan dengan
rata-rata 14 ± 2 hari pada kebanyakan wanita (Grenspan, 1998).
Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi;
pada umumnya lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat
dianggap normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen-fragmen
kelupasan endrometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya tidak tentu.
Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan aliran darahnya terlalu besar,
bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan. Ketidakbekuan darah
menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu sistem fibrinolitik lokal yang
aktif di dalam endometrium.
Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita
normal selama satu periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa kelompok
peneliti, yaitu 25-60 ml. Konsentrasi Hb normal 14 gr per dl dan kandungan besi
Hb 3,4 mg per g, volume darah ini mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkan
kehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk setiap hari
siklus tersebut atau 150 sampai 400 mg per tahun (Cunningham, 1995).
2) Aspek
hormonal selama siklus menstruasi
Mamalia, khususnya manusia, siklus reproduksinya
melibatkan berbagai organ, yaitu uterus, ovarium, vagina, dan mammae yang
berlangsung dalam waktu tertentu atau adanya sinkronisasi, maka hal ini
dimungkinkan adanya pengaturan, koordinasi yang disebut hormon. Hormon adalah
zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang langsung dialirkan dalam
peredaran darah dan mempengaruhi organ tertentu yang disebut organ target.
Hormon-hormon yang berhubungan dengan siklus menstruasi ialah ;
a) Hormon-hormon yang dihasilkan gonadotropin
hipofisis :
o Luteinizing
Hormon (LH)
o Folikel
Stimulating Hormon (FSH)
o Prolaktin
Releasing Hormon (PRH)
b) Steroid ovarium
Ovarium menghasilkan progestrin, androgen, dan
estrogen. Banyak dari steroid yang dihasilkan ini juga disekresi oleh kelenjar
adrenal atau dapat dibentuk di jaringan perifer melalui pengubahan
prekursor-prekursor steroid lain; konsekuensinya, kadar plasma dari
hormon-hormon ini tidak dapat langsung mencerminkan aktivitas steroidogenik
dari ovarium.
3) Fase-fase
dalam siklus menstruasi
Setiap satu siklus menstruasi terdapat 4 fase
perubahan yang terjadi dalam uterus. Fase-fase ini merupakan hasil kerjasama
yang sangat terkoordinasi antara hipofisis anterior, ovarium, dan uterus.
Fase-fase tersebut adalah :
a) Fase menstruasi atau deskuamasi
Fase ini, endometrium terlepas dari dinding
uterus dengan disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum
basale. Fase ini berlangsung selama 3-4 hari.
b) Fase pasca menstruasi atau fase regenerasi
Fase ini, terjadi penyembuhan luka akibat
lepasnya endometrium. Kondisi ini mulai sejak fase menstruasi terjadi dan
berlangsung selama ± 4 hari.
c) Fase intermenstum atau fase proliferasi
Setelah luka sembuh, akan terjadi penebalan pada
endometrium ± 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14
dari siklus menstruasi.
Fase proliferasi dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
o Fase proliferasi dini, terjadi pada hari ke-4
sampai hari ke-7. Fase ini dapat dikenali dari epitel permukaan yang tipis dan
adanya regenerasi epitel.
o Fase proliferasi madya, terjadi pada hari ke-8
sampai hari ke-10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenali dari
epitel permukaan yang berbentuk torak yang tinggi.
o Fase proliferasi akhir, berlangsung antara hari
ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini dapat dikenali dari permukaan yang tidak rata
dan dijumpai banyaknya mitosis.
d) Fase pramenstruasi atau fase sekresi
Fase ini berlangsung dari hari ke-14 sampai
ke-28. Fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar
berubah menjadi panjang berkelok-kelok dan mengeluarkan getah yang makin lama
makin nyata. Bagian dalam sel endometrium terdapat glikogen dan kapur yang
diperlukan sebagai bahan makanan untuk telur yang dibuahi.
Fase sekresi dibagi dalam 2 tahap, yaitu :
o Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium
lebih tipis dari fase sebelumnya karena kehilangan cairan.
o Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar
dalam endometrium berkembang dan menjadi lebih berkelok-kelok dan sekresi mulai
mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Akhir masa ini, stroma
endometrium berubah kearah sel-sel; desidua, terutama yang ada di seputar
pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan terjadinya nidasi (Hanafiah,
1997).
4) Mekanisme
siklus menstruasi
Selama haid, pada hari bermulanya diambil sebagai
hari pertama dari siklus yang baru. Akan terjadi lagi peningkatan dari FSH
sampai mencapai kadar 5 ng/ml (atau setara dengan 10 mUI/ml), dibawah pengaruh
sinergis kedua gonadotropin, folikel yang berkembang ini menghasilkan estradiol
dalam jumlah yang banyak. Peningkatan serum yang terus-menerus pada akhir fase
folikuler akan menekan FSH dari hipofisis. Dua hari sebelum ovulasi, kadar estradiol
mencapai 150-400 pg/ml. Kadar tersebut melebihi nilai ambang rangsang untuk
pengeluaran gonadotropin pra-ovulasi. Akibatnya FSH dan LH dalam serum akan
meningkat dan mencapai puncaknya satu hari sebelum ovulasi. Saat yang sama
pula, kadar estradiol akan kembali menurun. Kadar maksimal LH berkisar antara 8
dan 35 ng/ml atau setara dengan 30-40 mUI/ml, dan FSH antara 4-10 ng/ ml atau
setara dengan 15-45 mUI/ml.
Terjadinya puncak LH dan FSH pada hari ke-14,
maka pada saat ini folikel akan mulai pecah dan satu hari kemudian akan timbul
ovulasi. Bersamaan dengan ini dimulailah pembentukan dan pematangan korpus
luteum yang disertai dengan meningkatnya kadar progesteron, sedangkan
gonadotropin mulai turun kembali. Peningkatan progesteron tersebut tidak selalu
memberi arti, bahwa ovulasi telah terjadi dengan baik, karena pada beberapa
wanita yang tidak terjadi ovulasi tetap dijumpai suhu basal badan dan
endometrium sesuai dengan fase luteal.
Awal fase luteal, seiring dengan pematangan
korpus luteum. Sekresi progesteron terus menerus meningkat dan mencapai kadar
antara 6 dan 20 ng/ml. Estradiol yang dikeluarkan terutama dari folikel yang
besar yang tidak mengalami atresia, juga tampak pada fase luteal dengan
konsentrasi yang lebih tinggi daripada selama permulaan atau pertengahan fase
folikuler. Produksi estradiol dan progesteron maksimal dijumpai antara hari
ke-20 dan 23 (Jacoeb, 1994).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar